SELAMAT DATANG DI DUNIA KUPU-KUPU

hati-hatilah, blog ini berpengaruh pada 'kejiwaan' anda, menyebabkan adiksi, dan jangan tiru adegan berbahaya. jadi sering-sering aja mengunjungi blog saya ya :)

klik ENTER untuk melanjutkan !

---------------------------kupu-kupu-------------------------

WARNING !

ENTER

“SMA siji ki nek menang ora kondhang, nek kalah wirang”
Begitu kata-kata yang selalu diucapkan oleh sesepuh SMA1 yang dulu masih memegang wakasek kesiswaan, namun sekarang sudah pensiun, guru penjas, sangat legendaris, guru paling ditakuti. Kalimat beliau ini selalu diucapkan ketika ada anak yang mau lomba. Beliau beralasan, makna dari kalimat ‘nek menang ora kondhang’ adalah, bahwa kalo anak SMA1 menang suatu kompetisi, bukan suatu hal yang mengherankan, wajar saja, begitu tutur beliau. Karena di mata khalayak luas, penilaian untuk prestasi SMA1 masih bagus. Kemudian ‘nek kalah wirang’ kalu kalah memalukan.
Tradisi di SMA1, kalau mau lomba yang dikirim banyak, seperti OSN dan arek-areknya, itu diberi pembekalan di aula dulu, setelah ritualnya banyak sekali (seleksi-pembinaan rutin tingkat sekolah oleh guru dan senior selama berbulan2-doa bersama menangis bersama-pelepasan). Begitulah tradisi. Dan lagi yang melegenda dari tradisi adalah- lomba kalau gak menang gak dikasih uang saku, dan trofi wajib ditaruh di lobby, dan diadakan upacara penyerahan trofi dari pemenang ke sekolah tiap upacara. Pernah suatu ketika ada kelompok yang lolos untuk lomba tingkat nasional di surabaya, mau mintak uang saku aja gak dikasih dan sama beliau dibilang begini “sangune sesuk nek menang ya” dan alhamdulillah menang. Tapi paling seneng itu kalo pas penyerahan trofi ke sekolah, hehe dipanggil namanya trus maju nyerahin trofi ke kepsek secara simbolik, dan tiap upacara itu mesti ada yang nyerahin. Ah saya rindu masa2 penyerahan itu.
Lebih tepatnya, kalau anak SMA1 yang ikut lomba itu motivasinya adalah mencari uang, yah hanya beberapa persen yang benar2 untuk sekolah. Tetapi setidaknya dengan nama sekolah, bisa buat nambah kepercayaandiri. Selain itu, memang ada kawan yang bener doyan kompetisi, jadi hidupnya dipenuhi dengan kompetisi, 
Saya. Dalam mengarungi penghidupan disana dulu, juga terserempet dengan yang namanya kompetisi tersebut. Baik dalam ranah lokal, daerah, maupun nasional. Hehe pengen mengingat aja, dulu pernah ikut lomba apa aja. Hehe bidang yang pernah saya ikuti : informatika (haha tak jauh2 dari komputer), matematika (haaarch), mipa, kimia, kefarmasian, bahasa mandarin, bahasa jawa, penelitian, yah cukup kayaknya. Fisika tidak usah saya sebutkan ya sodara, karena saya termasuk gagal. Hehe.
Dulu atmosfernya enak, asik berkompetisi, bahkan didorong, yah meski kalau gak menang dibilang ‘mirang2ke’ haha tapi setidaknya bisa untuk menguji kemampuan dan bisa membandingkan dengan dunia luar.
Lain dengan dunia saya sekarang. Cuma mau ikut lomba aja gak boleh, denga alasan : ilmu belum cukup, dll bbzzzzzzzzzzzzzzz emangnya dulu kami waktu SMA sudah punya cukup ilmu? Hah. Tidak, bahkan berkali2 ikut hanya karena iseng. Cuma penasaran, kayak apa sistem lombanya, kayak apa soalnya, kan bisa buat persiapan taun depan kalo lombanya ada lagi. Tanpa memandang si anak bisa atau tidak. Setidaknya dapet yang namanya pengalaman. Dulu kami hanya bermodalkan nama sekolah saja, sehingga pede untuk maju, meski kadang tidak sesuai dengan kemampuan. Hehe  menurut saya malah bagus kalau dibebaskan, jadi bukan dari pihak institusi si anak itu berada yang melarang ikut, tapi lebih baik jika si anak ini diseleksi langsung oleh alam, alias oleh saingannya, mungkin akan memberikan kepuasan tersendiri bagi si anak. Berbeda jika dilarang, seakan membunuh jiwa berkompetisi mereka. Membuat males saja kalo apa2 dilarang itu, membunuh karakter, mengubah karakter. Parah.
Hmm coba anda bayangkan, bagaimana sakit hatinya ketikakita harus merasa kalah sebelum bertanding. Mending kalau divonis kalah ketika sudah benar2 berhadapan dengan saingan yang emang bener2 lebih punya kemampuan banyak. Gitu kan terasa lebih mantep. Lebih berharga. Setidaknya penghargaan yang diberikan adlah berupa izin untuk mengikuti kompetisi tersebut.
Saya suka kompetisi soalnya, tapi, yah apa daya, dilarang.
#hikssayabener2ingatorangyangmelarangkamiuntukikutanlombaituparahparahparahpadahaldiaituudahcukupsyaratajagakmauikutan

date Rabu, 27 April 2011

0 komentar to “menang ora kondhang, yen kalah wirang”

Leave a Reply:

monggo tinggalkan komentar anda...

telur-ulat-kepompong-kupu kupu

telur-ulat-kepompong-kupu kupu

Copyright © 2011, Kupu-kupu. Diberdayakan oleh Blogger.